Rabu, 29 Desember 2010

Bahasa Indonesia

Kenapa Bahasa Melayu diangkat sebagai Bahasa Indonesia?

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia[1] dan bahasa persatuan bangsa Indonesia[2]. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu[3]. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau[4]dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.[5] Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.[6] Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,[7] sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.

Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah.[8] Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.[9]


Penyempurnaan ejaan
Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
4. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.

Ejaan Republik

Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:

1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.


[1] Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
[2] Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.[17]
[3] Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
[4] Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
[5] Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
[6] Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
[7] Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
[8] Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
[9] Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
[10] Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
[11] Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
[12] Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
[13] Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
[14] Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
[15] Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
[16] Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.


http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia

Rabu, 22 Desember 2010

Kesempatan kerja yang paling di cari pada dunia IT

Kita hidup dalam dunia yang haus informasi dan mungkin akan susah mendapatkan informasi tanpa komputer atau internet. Dan sebaliknya, bila ada masalah… komputer tanpa 'teknisi' yang memecahkan masalah, merancang solusi kreatif untuk masalah-masalah komputasi dan menyimpan informasi akan susah menjalankan perusahaan atau bisnis. Kesempatan kerja di bidang IT sangat bervariasi dan menarik. Beberapa pekerjaan menawarkan anda kesempatan untuk menjadi bos sendiri, bekerja sebagai konsultan independen atau bekerja dari rumah sebagai freelancer (pekerja lepas).

Sebuah gelar sarjana dalam ilmu komputer atau sistem informasi komputer merupakan kebutuhan pokok bagi sebagian besar pekerjaan di bidang teknologi informasi. Pascasarjana kualifikasi dapat berguna dalam beberapa sektor industri. Profesional TI di puncak permainan mereka dapat berharap untuk masa depan yang cerah.

Tidak semua pekerjaan IT perusahaan itu solo. Banyak posisi adalah berbasis SDM dan akan sesuai dengan profesional komputer yang suka pekerjaan mereka untuk menyertakan interaksi dengan orang lain.

Banyak penggemar IT tertarik pada pekerjaan yang berhubungan dengan internet, seperti perannya dalam semua kehidupan kita menjadi kian penting. Web developer akan menemukan banyak bukaan jika mereka memiliki pengalaman yang sesuai. Atau, untuk seseorang dengan keterampilan komputer dan bakat artistik ingin melakukan kerja kreatif dari rumah, desain website adalah pekerjaan yang ideal.

Saya tidak akan menyebutkan semua perkerjaan di bidang IT karena sudah banyak sekali di koran-koran atau di internet. Sebagai contoh saya mencari informasi 3 hari terakhir di JOBSDB indonesia dan setiap harinya pasti ada kerjaan di bidang IT.

Tanggal 29 Maret = 32 Lowongan
Tanggal 27 Maret = 19 Lowongan
Tanggal 26 Maret = 54 Lowongan

Di karenakan banyak sekali lowongan, saya rangkum semua pekerjaan IT yang paling di cari yaitu programmer.

Sejak Tsunami, Pekembangan Aceh Luar Biasa

“Pencapaian di Aceh sejak tsunami diluar semua yang diperkirakan enam tahun lalu."

United Nation Development Programme (UNDP) bekerja sama dengan Pemda Aceh dan badan Pusat Statistik membuat laporan tertulis mengenai perkembangan Aceh.

Menurut UNDP, perkembangan di Aceh pasca tsunami dan disusul perjanjian damai antara Pemerintah dan GAM, sangat mengagumkan.

“Pencapaian di Aceh sejak tsunami diluar semua yang diperkirakan enam tahun lalu. Namun, tantangan masih ada bagi provinsi ini, termasuk diantaranya adalah pengembangan ekonomi untuk menciptakan pekerjaan, meningkatkan kualitas dan efisiensi pelayanan publik dan memberikan pelayanan yang baik kepada rakyat miskin dan tidak mampu,” ujar Direktur Wilayah UNDP, Stephen Rodriguez, dalam laporan yang dirilis hari ini, Rabu 22 Desember 2010.

Pada laporan disebutkan beberapa peningkatan yang signifikan, diantaranya adalah harapan hidup yang meningkat menjadi 68,5 tahun, sebelumnya pada 2002 hanya 67,7 tahun.

Angka kemiskinan juga turun 22 persen dari 30 persen di tahun 2002, namun angka ini masih 14 persen di bawah rata-rata angka kemiskinan di Indonesia.

Sementara, rata-rata usia sekolah meningkat menjadi 8,6 tahun, namun dibandingkan dengan rata-rata nasional 7,6 tahun angka ini masih rendah.

Berdasarkan angka diatas, beberapa sektor di Aceh masih tertinggal dibandingkan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Beberapa solusi diberikan pada laporan tersebut untuk mengatasi beberapa permasalahan yang dihadapi.

Di antaranya adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan pelatihan-pelatihan untuk membantu mereka yang putus mendapatkan pekerjaan. Hal ini, ujar sekretaris provinsi Aceh untuk UNDP, Setia Budi, telah menjadi prioritas pemerintah daerah Aceh.

“Pemerintah berkomitmen penuh untuk meningkatkan sektor dasar seperti pendidikan dan kesehatan, juga mendorong perkembangan di daerah yang masih tertinggal di Aceh,” ujar Setia Budi.

Laporan tersebut mengatakan bahwa yang perlu dilakukan selanjutnya untuk meningkatkan perkembangan di Aceh adalah menjaga keamanan, mengembangkan usaha mitigasi bencana, mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan kualitas pelayanan publik dan meningkatkan kesejahteraan perempuan serta menghilangkan kesenjangan di daerah yang kurang berkembang.

Perekonomian lokal yang masih lemah juga akan menurunkan produktivitas di sektor agrikultur yang saat ini tengah merangkak naik. “Diperlukan pengembangan pada proses perencanaan dan pendanaan untuk memastikan semua sumber dapat secara efektif digunakan,” ujar laporan tersebut.
• VIVAnews

Ganggang jadi bahan bakar pesawat

Profesor Feargal Brennan dan tim peneliti dari Universitas Cranfield, Inggris mengkaji pemakaian ganggang dari jenis tertentu untuk diolah menjadi bahan bakar bagi pesawat terbang. Bila berhasil, artinya bahan bahan bakar nabati yang sangat ramah lingkungan akan dapat diaplikasikan tak hanya pada mobil atau motor tetapi juga di pesawat.

Kandungan karbon yang rendah membuat biofuel unggul dibandingkan bahan bakar biasa. Suatu penerbangan dengan bahan bakar nabati diperkirakan akan mengurangi emisi gas karbondioksida sebanyak sekurang-kurangnya 80 persen. Dan dalam hal biaya, bahan bakar ini sangat ekonomis.

Ganggang dipilih karena dianggap tidak bersinggungan langsung dengan kapasitas sumber pangan manusia, serta tidak merampas lahan pertanian.

Brennan sendiri yakin bahwa bahan bakar nabati berbahan baku ganggang ini dapat diproduksi secara massal dan komersial dalam empat tahun mendatang. Ganggang memiliki kelebihan dari segi ketersediaan. Dalam setahun saja, panenannya bisa 30 hingga 50 kali panen.


Sumber: CNN.com

5 Daya Tarik Pria di Mata Wanita

Apa yang membuat Anda tertarik saat pertama kali bertemu pasangan? Mungkin, penampilan fisik menggoda yang bisa bikin hati Anda 'kepincut' padanya.

Tapi, bagi wanita tidak hanya penampilan fisik yang mampu merebut hati mereka. Lima hal yang ada dari pria ini juga punya andil besar dalam memikat hati wanita.

1. Kecerdasan
Kepintaran pria, atau otak 'encer' yang dimiliki si dia menunjukkan kejantannya. Pengetahun serta Wawasan luas yang dimiliki pria bisa bikin wanita merasa kagum, dan bangga bisa menggandeng pria cerdas.

2. Selera humor
Pria dengan lelucon memiliki pesona tersendiri. Sebab, selera humor bisa menunjukkan pada wanita si dia bisa bersikap luwes dan tidak kaku.

3. Sebagai pelindung wanita
Memiliki sikap melindungi adalah salah satu sikap pria yang disukai wanita. Cara pria memperlakukan wanita, misalnya mengulurkan tangan untuk membantu wanita saat menuju tanjakan curam, atau sekadar merangkul, bisa membuat wanita tersenyum. Perhatian pria memang bisa membuat hati wanita berbunga-bunga.

4. Penampilan
Wanita menyukai pria yang pintar memadupadankan busana yang dikenakannya, dan mau merawat dirinya. Tapi, tidak berlebihan, lho. Jangan sampai, perawatan yang dijalani si dia lebih banyak dan lebih detil ketimbang Anda.

5. Aroma dan bentuk tubuh
Lekukan tubuh pria sangat berbeda dari wanita, tentu mampu membuat Anda deg-degan saat melihatnya. Postur tubuh ideal pria dengan perut rata, dan lengan kekar, tidak hanya terlihat seksi tapi juga dianggap bisa melindungi wanita. Selain bentuk tubuh, aroma tubuh pria juga bisa menggoda wanita.
• VIVAnews

Kamis, 04 November 2010

DARI BAHASA MELAYU MENJADI BAHASA INDONESIA

Bahasa-bahasa yang tersebar di dunia ini tidak hanya tumbuh dalam seting historis tertentu, tetapi juga berkembang berdasarkan interaksi dengan lingkungan sosial tertentu yang bersinggungan antar ruang dan waktu. Ini yang menyebabkan terjadinya saling mempengaruhi dalam penggunaan bahasa. Perkembangan historis itu dapat dilihat dari asal usul bahasa yang merupakan alat komunikasi antar orang yang berkembang dari bahasa isyarat ke kata-kata yang semakin komunikatif.
Perkembangan itu juga berlangsung dalam satu ruang social. Perubahan-perubahan ruang yang terjadi telah menyebabkan satu bahasa bertemu dengan bahasa lain. Daerah perbatasan, misalnya mempertemukan suatu tempat dengan tempat lain, saling pengaruh antar bahasa terjadi dengan intensitas yang melebihi daerah-daerah lain. Pertemuan itu menyebabkan saling pengaruh dan memperkaya khasanah bahasa masing-masing, sehingga itudapat memperkaya perbendaharaan kata baru.
Perkembangan bahasa dalam konteks tersebut di atas memiliki tiga bentuk: pertama perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh interaksi antar daerah; kedua perkembangan yang bahasa disebabkan oleh interaksi antara satu bahasa daerah dengan bahasa daerah yang lain; dan yang terakhir, perkembangan bahasa yang diakibatkan oleh pertemuan bahasa ini dalam konteks yang lebih luas (Irwan Abdullah, 2007).
Menurut ahli etnologi dan filologi, bahasa Melayu termasuk bahasa Austronesia, berasal dari Kepulauan Riau (Sumatera) telah mengalami proses perkembangan seperti itu. Mula-mula bahasa ini hanya dipercakapkan terbatas oleh penuturnya di Riau dan sekitarnya. Secara kebetulan, karena kepulauan ini terletak di jalur perdagangan yang sangat ramai di selat Malaka; dan penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan atau pedagang antar pelabuhan; serta bahasanya mudah dipahami atau komunikatif; maka penutur bahasa Melayu sering berinteraksi dengan penutur bahasa yang lain (seperti bahasa Hindi, Malagasi, Tagalok, Jawa, dan lain-lainnya) sehingga menjadi dikenal dan berkembang di Malaka dan daerah-daerah sekitarnya (Vlekke, 2008: 11). Akhirnya bahasa ini tidak hanya digunakan oleh para pedagang di sekitar perairan Malaka, tetapi juga di seluruh Nusantara. Pada Zaman Kerajaan majaphit, atau diperkirakan sebelum abad XV, bahasa Melayu itu telah menjadi lingua franca – bahasa dagang - bagi para saudagar di pelabuhan-pelabuhan di Asia, Asia Tenggara, dan Asia Timur (Ricklefs, 1991: 77; Linschoten, 1910: Bab IV)
Pada bulan Agustus 2002, bahasa Melayu – dianggap banyak penuturnya di dunia - pernah ditulis di dalam salah satu surat khabar di Malaysia bahwa bahasa Melayu menduduki posisi keempat dalam urutan bahasa utama dunia, setelah Bahasa Tionghoa, Inggris, dan Spanyol. Menurut James T. Collins, hal itu tidak betul. Ia mengatakan bahwa jumlah penutur bahasa Melayu di seluruh dunia hanya 250 juta orang, sedang penutur bahasa Hindi – yang menjadi bahasa ibu maupun bahas kedua (ketiga) di India dan di negara lain seperti di Mauritius, Afika selatan, Yaman, dan lain-lain pada thun 1988 – berjumlah 300-435 juta orang (J.C. Collins, 2009, hal. 14-21).
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa melayu mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai bidang atau kegiatan di Indonesia pada masa lalu. Ini tidak hanya sekedar sebagai alat komunikasi di bidang ekonomi (perdagangan), tetapi juga di bidang sosial (alat komunikasi massa), politik (perjanjian antar kerajaan), dan sastra-budaya (penyebaran agama Islam dan Kristen) (Suryomihardjo, 1979, hal. 63). Di Indonesia banyak karya sastra berbahasa Melayu, di antaranya seperti Hikayat Raja Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Hasanudin, dan lin-lain.
Sejak itu penguasaan dan pemakaian bahasa Melayu menyebar ke seluruh pelosok kepuluan Indonesia (tidak hanya di daerah pantai atau pelabuhan tetapi juga di pedalaman) dan memberikan wilayah yang heterogen itu suatu kesan kebersatuan kepada pihak luar. Tetapi ada juga kesatuan yang lebih mendalam yang mengikat bersama sebagian besar suku bangsa dan orang Indonesia. Keastuan ini muncul dari unsur-unsur dasar yang umum dari peradaban mereka.
Kemudian muncullah sebuah pertanyaan, bagaimana bahasa Melayu tersebut dapat diadopsi menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia, di negara RI? Perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa nasional di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak lama telah menjadi pembicaraan luas. Seperti telah diceriterakan di atas bahwa bahasa Melayu yang aslinya merupakan salah satu bahasa daerah dari kurang lebih 512 bahasa daerah di wilayah Indonesia (Irwan Abdullah, 2008), telah lama memiliki peranan penting di bidang ekonomi, sosial, politik, dan sastra-budaya.
Selanjutnya, pada awal abad XX di Indonesia berkembang suatu situasi yang mendorong munculnya suatu pemikiran akan perbaikan nasib terhadap rakyat pribumi dari pemerintaah kolonial Belanda melalui kebijakan Politik Etis (Kahin, 1952)., yang meliputi: program edukasi, transmigrasi, dan irigasi. Melalui program edukasi itulah, sekolah-sekolah bumi putra bermunculan dengan pengantar bahasa daerah, di mana sekolahan itu berada. Pada perkembangan berikutnya, pemerintah menuntut agar setiap sekolah menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantarnya.Tetapi sejak awal abad xx kepentingan daerah jajahan memerlukan tenaga-tenaga rendahan yang mengerti bahasa Belanda, kemudian muncul sekolah-sekolah dengan pengantar bahasa Belanda. Di kota-kota, sekolah lebih banyak mengajarkan bahasa Belanda.
Dengan sistem pendidikan itu, kemudian munculah kelompok elit baru yang amat peka terhadap perubahan jaman (Pringgodigdo, 1970; Savitri, 1985). Tanda-tanda kepekaan terhadap perubahan itu dapat dilihat dengan lahirnya organisasi yang bercorak polityik yang mencita-citakan kemajuan dan kemerdekaan bangsa, seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij. Sangat menarik untuk dicatat ialah mengenai bahasa yang dipakai di dalam konggres-konggres oleh orgranisasi pergerakan Indonesia pada waktu itu adalah kebanyakan bahasa Melayu, Jawa, dan Belanda. Salah seorang pelajar yang tergabung dalam Indonesische Verbond van studeerenden di Wageningen, Belanda, pada tahun 1918 telah mengusulkan agar bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah di Indonesia (A. Suryomihardjo, 1979).
Di Indonesia sendiri perkembangan pers berbahasa Melayu dinilai sangat penting peranannya, karena pers itu dapat langsung mencapai penduduk bumi putera. Pada mulanya pers Melayu adalah milik orang Belanda maupun Cina, tetapi tidak jarang dewan redaksinya campuran. Umumnya guru bahasa Melayu yang duduk di dalam dewan redaksi. Kemudian bermunculan mingguan dan surat khabar berbahasa Melayu, Jawa, dan Belanda, seperti Medan Priyai (1907-1912), Sarotama (1914), Indonesia Merdeka (1923), Bataviaasch Genootschap, dan lain-lain (A. Surjamihardjo, 1979).
Dengan munculnya majalah dan surat khabar-surat khabar berbahasa daerah itu, pemerintah kolonial Belanda merasa kawatir. Banyak kasus persdelict di Indonesia pada waktu itu, yaitu larangan terbit bagi brosur dan pers yang berbahasa daerah. Suatu contoh terbitnya artikel yang berjudul Als ik eens Nederlander was, dan dalam bahasa Melayu, Jikalau saya sorang Belanda, pada tahun1913 dilarang untuk diterbitkan. Artikel ini menceriterakan pengecaman terhadap perayaan seratus tahun kemerdekaan Belanda yang akan di selenggarakan di Indonesia.
Melalui perkembangan pendidikan dan pengajaran yang semakin maju di Indonesia, bahasa Melayu menjadi semakin populer dan bersifat egaliter, sehingga sidang-sidang atau kongres-kongres dari organisasi pergerakan nasional Indonesia menggunakan Bahasa Melayu. Ini ternyata menjadikan bekal untuk mempersatukan seluruh bangsa Indonesia dalam berjuang melawan pemerintah Kolonial Belanda.
Oleh karena itu, para pemuda Indonesia dalam konggresnya yang ke 2 bersatu pada tanggal 28 Oktober 1928 bertekat bulat untuk menggalang persatuan dan kesatuan dengan Sumpah Pemuda Indonesia Raya. Konggres itu menghasilkan keputusan: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sejak itulah bahasa Melayu disepakati untuk diangkat sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia (Pringgodigdo, 1970) .

Selasa, 02 November 2010

Jam megah di Mekah

Mekah punya jam termegah di dunia yang sudah mulai berdetak Kamis (12/8). Menara jam dengan ketinggian 604,4 meter memiliki 4 muka jam. Setiap muka memiliki diameter 46 meter dan menghadap ke empat arah yang dapat terlihat dari jarak hampir 30 meter.

Menara ini tak ubahnya menara jam Big Ben di Inggris yang diberi sentuhan Arab. Di bawah setiap jam, terdapat tulisan dalam kaligrafi Arab. Menara juga dilengkapi dengan 21.000 lampu hijau dan putih yang menyala 5 kali sehari, menandakan waktu salat.

Jam megah ini dibuat dengan ambisi menggantikan Greenwich Mean Time sebagai pusat waktu dunia. Akan tetapi, Pop Science menganggap ambisi itu tidak mudah tercapai, terutama negara-negara di bagian barat, tempat orang-orang membanggakan Greenwich. Lagipula, negara-negara saat ini sudah terlanjur mengalibrasi jam berdasarkan waktu Greenwich. Orang tidak akan dengan mudah mengganti kalibrasi itu hanya karena Saudi Arabia membuat menara jam, terlepas dari betapa hebatnya menara tersebut. Demikian Pop Science menyebutkan.

Sumber: Pop Science